Rabu, 01 November 2023

Tulisan pertama

 Kemarin dapat WA dari adik yang dulu pernah kerja d ATS, dia ada proyek menulis buku antologi.... dan seperti ketiban durian runtuh... akhirnya salah satu cita-cita yang dulunya kuanggap gak bakalan terwujud, akhirnya bisa ku wujudkan pula dalam tulisan ku kali ini.... dan, seperti inilah tulisan "pertama" ku....


SEKOLAH LAGI

Hai perkenalkan namaku Marliani atau biasa di panggil Niniek, aku lahir dan besar di sebuah kota kecil di Sulawesi Selatan yakni kota Sorowako. Kegiatan sehari-hariku selain sebagai ibu rumah tangga, aku juga bekerja sebagai salah satu tim pengajar atau instruktur pada Yayasan Pendidikan Sorowako milik PT. Vale, yakni Akademi Teknik Soroaako (ATS), sebuah perguruan tinggi vokasi swasta di bidang perawatan dan perbaikan mesin.

ATS telah berdiri sejak tahun 1991, yang sebelumnya bernama ISTC-Inco Sumitomo Technical Training Center yang tujuan awal terbentuknya ATS ini adalah memberikan kontribusi di bidang pendidikan dan keterampilan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia diarea pertambangan PT Inco tbk (sekarang PT. Vale) maupun nasional agar memiliki kesiapan dalam menghadapi tuntutan kebutuhan tenaga kerja bagi industry. Pada awal berdirinya, ISTC menyelenggarakan pelatihan selama dua tahun hingga tahun 1993 yang kemudian dikembangkan menjadi institusi pendidikan perguruan tinggi melalui pengajuan izin penyelenggaraan ke Dikti dan kopertis IX yang kemudian ISTC berubah nama menjadi Akademi Teknik Sorowako (ATS) dan secara resmi menyelenggarakan program pendidikan diploma III-Program studi Perawatan dan perbaikan Mesin.

Aku sendiri bergabung dengan ATS sejak tahun 2007, bukan langsung sebagai pengajar/instruktur, tapi aku di tempatkan di bagian PM atau bagian Perawatan dan perbaikan mesin, sebuah dunia yang baru sekali bagiku. Aku masuk sebagai anak magang yang belajar dengan uang saku (gaji) seikhlasnya (hehehe). Aku yang dulunya seorang mahasiswa yang hanya bergelut dengan buku serta teori-teori yang ada di dalamnya, harus menyesuaikan diri atau bahkan memaksakan diri (hehehe) untuk mengaplikasikan teori-teori tersebut ke dalam pekerjaan sehari-hari…., terus terang di awal, hal ini sangat berat bagiku bahkan nyaris membuatku mundur teratur dari ATS hanya dalam waktu dua minggu. Bayangkan saja, seorang perempuan, baru lulus, yang hanya tau teori saja, di hadapkan satu lawan satu dengan sebuah mesin raksasa dengan keluhan tidak ada power. Ini buat frustasi sich… mau mulai dari mana, apanya yang harus di kerjakan, alat apa yang sesuai, dan merasa kok gini amat yach…., aku yg baru bergabung di biarkan lepas sendiri tanpa penjelasan ini dan itu, alhasil 2 minggu awalku di ATS hanya duduk di depan mesin tersebut sambil membolak balik manual booknya dan berusaha mengerti sistem kerjanya, mencari tau sistem kelistrikannya dan akhirnya hanya bisa menarik nafas panjang dan berfikir untuk kabur dari ATS segera… 😊. Di minggu ke tiga Leader kami di PM mulai menjelaskan sedikit demi sedikit apa yang harus aku lakukan, dan belakangan baru aku tau bahwa Leader kami di PM memang memiliki cara unik untuk mendidik karyawan barunya (big thanks to Mr. D, didikan keras di awal membentuk karakterku yang sekarang), dan akhirnya… mesin raksasa itu menjadi sahabat karibku di minggu-minggu berikutnya dan berhasil menaklukkannya…. dan niat untuk kabur dari ATS pun terlupakan begitu saja….

Sudah cukup lama aku bergabung dengan ATS, bekerja di sini itu seperti menaiki roller coaster, ada sedihnya tetapi lebih banyak senangnya… berteman dengan orang-orang berilmu yang menularkan ilmunya, lingkungan kerja yang sehat layaknya sebuah keluarga, dan akhirnya akupun sampai di titik ini… diperbantukan sebagai tenaga penididik (instruktur) di bagian PRODI. Untuk meningkatkan mutu dan skill pendidiknya, ATS melakukan sebuah program yakni menyekolahkan kembali tenaga-tenaga pendidiknya kejenjang yang lebih tinggi, termasuk para instrukturnya, dan setelah melewati beberapa tahapan, akhirnya aku kebagian jadwal sekolah (lagi) di tahun 2021, tepatnya bulan Agustus 2021. Yach… aku berangkat sekolah ketika dunia ini tengah carut marut karena pandemi, ketika dunia ini kembali mulai berbenah dan berusaha bangkit kembali, ketika dunia ini baru sembuh dan berusaha agar tidak sakit lagi. Dengan ucapan bismillahirahmanirahim aku memulai 1 babak kehidupanku yang InsyaAllah harus selesai dalam 2 tahun mendatang, 2 tahun untuk lebih baik, 2 tahun untuk masa depan yang lebih cerah, 2 tahun untuk cita-cita yang pernah terucap pada saat wisuda pertama kali.

Tapiiiii memulai merantau lagi di usia yang sudah tidak muda itu sangat berbeda ketika dijaman muda dulu… banyak sekali kekhawatiran yang menghampiri, aku termasuk orang yang sedikit sulit beradaptasi pada sebuah lingkungan baru… kepindahanku ke kota besar tentu butuh effort yang lebih untuk beradaptasi, di tambah lagi aku tidak suka kebisingan, dan kepindahanku ke kota besar kembali meyakinkan diriku bahwa aku memang suka desa, suka dengan keheningan, kedamaian, dan bagiku kota terlalu berisik… hehehehe. Ada satu kendala lagi ketika aku akan ke kota, di jaman kuliah s1 dulu, kota Makassar belum mengenal macet, kendaraan umum (pete-pete) berhamburan dan siap mengantarkan kita ke mana saja dengan biaya yang murah. Namun sekarang pete-pete seperti di telan bumi, hanya terlihat satu dua saja lalu lalang itupun dengan tujuan pinggiran kota Makassar. Pete-pete tergerus oleh kecanggihan teknologi yang dimiliki setiap penumpang digenggamannya… cukup dengan membuka handphone maka pete-pete versi modern akan menjemputmu didepan rumah, namun berbanding terbalik dengan pete-pete yang ramah di kantong, pete-pete versi modern mengharuskan kita mengeluarkan biaya yang cukup besar karena kenyamanannya. Saat itu aku berfikir bagaimana aku akan berangkat kuliah jika berat di ongkos begitu, dan mau tidak mau siputihku hasil jerih payah bekerja selama bertahun-tahun, harus aku boyong juga ke kota Makassar…. Berkendaraan di kota besar tentu sangat berbeda dengan di desa, harus ekstra hati-hati dan harus ekstra sabar, yach begitulah… dengan tangan dan kaki gemetaran serta keringat bercucuran, akhirnya akupun berhasil menembus keramaian kota untuk trip pertamaku dengan tujuan kampus merah Gowa, setelahnya lancar jaya, tapi ngomel dan sewot ketika kendaraan stuk di tempat gak bisa maju dan mundurpun segan gegara macet hehehe.

Setelah memulai kuliah timbul lagi masalah baru, aku yang sudah lama tidak sekolah merasa bahwa pelajaran yang ku terima lumayan berat ditambah aku merasa kesulitan mengikuti ritme teman-teman kuliah yang masih muda-muda, mulailah muncul rasa tidak percaya diri, insecure, muncul pertanyaan bisakah aku, mampukah aku dll. Di tahap ini sempat berfikir untuk mengundurkan diri saja, dan mengganti semua biaya yang dikeluarkan ATS, namun dorongan teman-teman kantor yang sudah kuliah duluan, dan doa dari kedua orang tua akhirnya fikiran negative itupun bisa kuhilangkan. Dan memang terbukti dua-tiga bulan perkuliahan berjalan, akhirnya semua berjalan normal, kalau kataku sich karena semangat dan rajinlah yang membuat bahuku tetap tegak untuk melanjutkan perkuliahan ini hehehe.

Beberapa penyesuaianpun aku lakukan, yang dahulunya dijamanku belum ada kuliah online maka sekarang harus mempelajari dan familiar dengan segala kecanggihan teknologi yang berbau IT, mulai dari Zoom, Class Room, Google meet, Gdrive, dan aplikasi Sikola Unhas (aku kuliah s2 di Unhas) harus aku kuasai… karena semua aplikasi tersebut menjadi andalan para dosen dikala tatap muka tidak bisa dilakukan. Beberapa perlengkapan ITpun harus aku siapkan untuk mendukung perkuliahanku, dari laptop berserta tetek bengeknya, sampai printer untuk mencetak tugas-tugas dari dosen. Yang paling kuingat dari perjalanan kuliah ini, ketika teman-teman mengajak untuk nongki-nongki sembari kerja tugas di malam hari… aku pasti selalu menolak, bukan karena gak senang kumpul-kumpul, tapi karena aku sudah tidak sanggup tidur tengah malam lagi dan gak sanggup begadang lagi (ini sich memang ciri khas orang tua heheh :D). Sadar akan hal itu maka semua tugas-tugas yang diberikan oleh dosen aku kerja di pagi sampai sore hari… aku menganggap diriku, bahwa aku ke Makassar itu bukan untuk kuliah tapi ke Makassar untuk bekerja… alhasil jam kuliahku/jam belajarku di mulai pukul 7 pagi dan di sudahi pukul setengah 4 sore mengikuti waktu kerjaku di sorowako dan berusaha disiplin mengikutinya, selebihnya jika ada yang mengajak nongki atau kerja tugas namun di luar jam itu biasanya aku tolak karena bagiku di jam 4 sore sampai malam hari adalah waktu istirahatku. Positifnya semua tugas-tugasku gak ada yang telat, karena terselesaikan pada jam kerja.

Puncak rasa frustasi, rasa capai, rasa lelah kulewati pada saat penyusunan tesisku, mulai dari menulis, membuat kerangka rumusan masalah, pengambilan data, pengolahan data, nyaris aku kerjakan sendirian. Pengalaman bekerja yang sudah belasan tahun, sangat membantuku dalam penyusunan tesisku…, setiap step aku tuliskan dalam bentuk time schedule yang harus diselesaikan, dan tidak boleh lewat dari jadwal yang telah d rencanakan. Dan akhirnya di bulan 8 kemarin aku menyelesaikan sekolahku tepat 2 tahun, sebuah cita-cita yang dahulu tidak sengaja terucap pada saat wisuda s1, sebuah cita-cita yang terkabul di usia kepala 4 dengan segala drama di dalamnya, dan sebuah cita-cita yang terkabul cukup telat tapipun tidak terlambat, Alhamdulillah. Dan sekarang di sinilah aku kembali bekerja mendidik anak-anak penerus bangsa.




Kehidupan pribadi yang kunarasikan, berharap bertahan lama dalam bentuk tulisanku... meski aku telah meninggalkan dunia ini nantinya.....