Bercermin di keburaman kaca batin
tiada terlihat kecuali raut pilu rupaku
koyak moyak tersayat cadas dan ujung runcing ranting meranggas
sepanjang perjalanan tapaki detik-detik insyafi
peredaran matahari, bau darah, anyir nanah...
menyembul dari luka-luka mengawah
kupupuri bedak beratus kali, kudandani rias beribukali
wajah ini tetap wajah mati... merah darah, kuning nanah
terus menjadi noda diri..... mau apa aku????
lariku jadi pelan, semakin pelan, kian pelan
lalu tinggal lunglai langkah tertatih lalu berhenti...
terpaku pada titik nadir keberdayaan.....
belum lagi selesai kukitari benteng batu bernama peradaban..
belum pula kukejar berjuta serpih bayang2 yang dirangkai pujangga menjadi sajak
bernama cita-cita....., nafasku sesak tersisa satu-satu
kakiku lebam melepuh telapaknya
melangkahpun tak kuasa lagi,
menapaki detik-detik hingga terlepas berbilang abad....
menjumput pasir, memungut batu
dari gurun dari gunung.... dari aliran darahku sendiri
denganya dibangun benteng peradabanku bernama kesombongan
lengkap dengan sorot mercusuar, menara menjulang....
gerbang besi berjeruj, meriam legam... bernama "keangkuhan"
berjuta kurun ku disini....daku terkurung
sesaat dari satu lorong ke lorong yang lain, terantuk habis badan
didinding labirin tak berpangkal berakhir ini....
kebanggaan meleleh menjadi putus asa,
nafsu penaklukan lenyap... berganti keterpurukan
kegairahan lebur menjadi kegilaan yang marak
sosokku bersalin rupa entah menjelma menjadi apa......
dalam benteng keangkuhanku sendiri.... mau apa aku...??????
cuma ada pekik parau burung gagak di manifestasikan oleh gumpalan berjuta serapah
tersenbut berkawan darah dari pita suaraku yang terkoyak
dari jalan nafasku yang terbakar
tenggorokanku yang membara.... cuma ada bentakan raga yang absurd
dari satu nomor lari kematian, cuma ada barisan beribu bayang2ku
dalam rangkaian panjang dari profesi penguburan diriku sendiri, cuma ada aku....
aku yang sendiri...., aku yg telah lama mati...., kaku beku membatu
ini aku..... yang merasa kaya raya padahal miskin papa tak punya apa2
yang mengaku cerdik cendikia.... walaupun tuli pekak buta tak tahu apa2
yang membangun menara batu, benteng batu, peradaban batu
menukar kalbu dengan batu.... memajang seringai senyum....
memupur hati yang membangkai... membusuk.....
Takbir merangkai rukukku..., sujudku..., rakaat demi rakaat
beratus-ratus berlalu tak juga mengajariku kenali kerdilnya sosokku sendiri
dihadapan ke-Maha ArifaNya, samudara ke-maha TaruhanNya....
terus dan terus ku Iqrai aksara-aksaraMu, tak juga leleh dinding kalbu membatu ini....
terus dan terus kubatami firman-firmanMu tiada pula bergeming srpih2 jiwa memfosil ini...
terus dan terus kuhitung biji2 tasbih seraya kugumamkan beratus dzikir, kulantunkan beribu wirid....
terus dan terus kucumbui sajadah......... namun kakiku tertatih... tak kuasa mendekati Arasy keMaha RahmanMu... tetap tanganku terkulai, tiada mampu menyibak pekatnya gumpalan asap yang menghijab rapat jalan ma'rifat...., terus dan terus kularikan dirku merambah segala arah
memburu segala penjuru, lintasi segenap gurun
masih juga ku terkurung dalam benteng batuku
tersesat dilorong labirinnya yang tak berawal berujung,....
terus dan terus kujejaki alur -alur waktuku sendiri
menyaksikan detik2 datang dan pergi tanpa pernah minta permisi....
Tuhanku ini aku..... merangkai bumiMu dari satu kubangan ke kubangan lain
tuntas sudah tanah basah berair membalut membungkus tubuhku...
kuberenang di dalamnya, menyelaminya... air kotor pekat mengaliri jalan nafasku
aku tersedak tapi kutelan jua... lumpur hitam padat memenuhi lambungku...
kumuntahkan namun lagi-lagi kutelan... aku terbenam, pusaran lumpur ini terus dan terus menyedot tubuhku.... tanganku menggapai2 hingga lelah dan akhirnya patah....
tapi tak ada yg bisa kuraih.... kuteriakkan berjuta kata, berjuta nama yg smpat melintas dikepala...
tiada juga ada spatah kata, spotong nama yang mampu di bentuk oleh bibirku yang kuyu membiru....
aku tenggelam, ya........ aku tenggelam semakin tenggelam terus tenggelam terus dan terus tenggelam akhirnya hilang.......
Tolong aku yach Rabb..... memecah tembok kesombonganku, dinding keangkuhanku
meruntuhkan menara arogansi yang menjulang, menembus hati, memutus jerat memotong lorong2 penyesat..... agar rukuku jadi berjiwa, sujudku jadi bernyawa , beri aku pegangan untuk digapai
agar tak terus kuterbenam diri dalam pusaran lumpur ini......
ajari aku kosa kata baru untuk kuuntai jadi dzikir kerangkai jadi wirid kugubah jadi doa yang merebaki atmosfir menggelayuti dahan-dahan pohon dan kubah2 masjid yang meluncuri nafasku,
mendenyarkan kembali paru-paru yang kaku beku.... melebur menyatu dalam aliran darah.... mendenyutkan kembali jantung yang sudah mati... tolong aku yach rabb... ampuni aku... sebelum kumati untuk yang kedua kali.......................................
"disalin dari diary seorang kakak...."
tulisan di jaman dahulukala 96..... "NS"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar