Kemarin dapat WA dari adik yang dulu pernah kerja d ATS, dia ada proyek menulis buku antologi.... dan seperti ketiban durian runtuh... akhirnya salah satu cita-cita yang dulunya kuanggap gak bakalan terwujud, akhirnya bisa ku wujudkan pula dalam tulisan ku kali ini.... dan, seperti inilah tulisan "pertama" ku....
SEKOLAH LAGI
Hai
perkenalkan namaku Marliani atau biasa di panggil Niniek, aku lahir dan besar
di sebuah kota kecil di Sulawesi Selatan yakni kota Sorowako. Kegiatan
sehari-hariku selain sebagai ibu rumah tangga, aku juga bekerja sebagai salah
satu tim pengajar atau instruktur pada Yayasan Pendidikan Sorowako milik PT.
Vale, yakni Akademi Teknik Soroaako (ATS), sebuah perguruan tinggi vokasi
swasta di bidang perawatan dan perbaikan mesin.
ATS
telah berdiri sejak tahun 1991, yang sebelumnya bernama ISTC-Inco Sumitomo
Technical Training Center yang tujuan awal terbentuknya ATS ini adalah memberikan
kontribusi di bidang pendidikan dan keterampilan untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia diarea pertambangan PT Inco tbk (sekarang PT. Vale) maupun
nasional agar memiliki kesiapan dalam menghadapi tuntutan kebutuhan tenaga
kerja bagi industry. Pada awal berdirinya, ISTC menyelenggarakan pelatihan
selama dua tahun hingga tahun 1993 yang kemudian dikembangkan menjadi institusi
pendidikan perguruan tinggi melalui pengajuan izin penyelenggaraan ke Dikti dan
kopertis IX yang kemudian ISTC berubah nama menjadi Akademi Teknik Sorowako
(ATS) dan secara resmi menyelenggarakan program pendidikan diploma III-Program
studi Perawatan dan perbaikan Mesin.
Aku
sendiri bergabung dengan ATS sejak tahun 2007, bukan langsung sebagai
pengajar/instruktur, tapi aku di tempatkan di bagian PM atau bagian Perawatan
dan perbaikan mesin, sebuah dunia yang baru sekali bagiku. Aku masuk sebagai
anak magang yang belajar dengan uang saku (gaji) seikhlasnya (hehehe). Aku yang
dulunya seorang mahasiswa yang hanya bergelut dengan buku serta teori-teori
yang ada di dalamnya, harus menyesuaikan diri atau bahkan memaksakan diri
(hehehe) untuk mengaplikasikan teori-teori tersebut ke dalam pekerjaan
sehari-hari…., terus terang di awal, hal ini sangat berat bagiku bahkan nyaris
membuatku mundur teratur dari ATS hanya dalam waktu dua minggu. Bayangkan saja,
seorang perempuan, baru lulus, yang hanya tau teori saja, di hadapkan satu
lawan satu dengan sebuah mesin raksasa dengan keluhan tidak ada power. Ini buat
frustasi sich… mau mulai dari mana, apanya yang harus di kerjakan, alat apa
yang sesuai, dan merasa kok gini amat yach…., aku yg baru bergabung di biarkan
lepas sendiri tanpa penjelasan ini dan itu, alhasil 2 minggu awalku di ATS
hanya duduk di depan mesin tersebut sambil membolak balik manual booknya dan
berusaha mengerti sistem kerjanya, mencari tau sistem kelistrikannya dan
akhirnya hanya bisa menarik nafas panjang dan berfikir untuk kabur dari ATS
segera… 😊.
Di minggu ke tiga Leader kami di PM mulai menjelaskan sedikit demi sedikit apa
yang harus aku lakukan, dan belakangan baru aku tau bahwa Leader kami di PM
memang memiliki cara unik untuk mendidik karyawan barunya (big thanks to Mr. D,
didikan keras di awal membentuk karakterku yang sekarang), dan akhirnya… mesin
raksasa itu menjadi sahabat karibku di minggu-minggu berikutnya dan berhasil
menaklukkannya…. dan niat untuk kabur dari ATS pun terlupakan begitu saja….
Sudah
cukup lama aku bergabung dengan ATS, bekerja di sini itu seperti menaiki roller
coaster, ada sedihnya tetapi lebih banyak senangnya… berteman dengan
orang-orang berilmu yang menularkan ilmunya, lingkungan kerja yang sehat
layaknya sebuah keluarga, dan akhirnya akupun sampai di titik ini… diperbantukan
sebagai tenaga penididik (instruktur) di bagian PRODI. Untuk meningkatkan mutu
dan skill pendidiknya, ATS melakukan sebuah program yakni menyekolahkan kembali
tenaga-tenaga pendidiknya kejenjang yang lebih tinggi, termasuk para
instrukturnya, dan setelah melewati beberapa tahapan, akhirnya aku kebagian
jadwal sekolah (lagi) di tahun 2021, tepatnya bulan Agustus 2021. Yach… aku
berangkat sekolah ketika dunia ini tengah carut marut karena pandemi, ketika
dunia ini kembali mulai berbenah dan berusaha bangkit kembali, ketika dunia ini
baru sembuh dan berusaha agar tidak sakit lagi. Dengan ucapan bismillahirahmanirahim
aku memulai 1 babak kehidupanku yang InsyaAllah harus selesai dalam 2 tahun
mendatang, 2 tahun untuk lebih baik, 2 tahun untuk masa depan yang lebih cerah,
2 tahun untuk cita-cita yang pernah terucap pada saat wisuda pertama kali.
Tapiiiii
memulai merantau lagi di usia yang sudah tidak muda itu sangat berbeda ketika
dijaman muda dulu… banyak sekali kekhawatiran yang menghampiri, aku termasuk
orang yang sedikit sulit beradaptasi pada sebuah lingkungan baru… kepindahanku
ke kota besar tentu butuh effort yang lebih untuk beradaptasi, di tambah lagi
aku tidak suka kebisingan, dan kepindahanku ke kota besar kembali meyakinkan
diriku bahwa aku memang suka desa, suka dengan keheningan, kedamaian, dan bagiku
kota terlalu berisik… hehehehe. Ada satu kendala lagi ketika aku akan ke kota,
di jaman kuliah s1 dulu, kota Makassar belum mengenal macet, kendaraan umum
(pete-pete) berhamburan dan siap mengantarkan kita ke mana saja dengan biaya
yang murah. Namun sekarang pete-pete seperti di telan bumi, hanya terlihat satu
dua saja lalu lalang itupun dengan tujuan pinggiran kota Makassar. Pete-pete
tergerus oleh kecanggihan teknologi yang dimiliki setiap penumpang
digenggamannya… cukup dengan membuka handphone maka pete-pete versi modern akan
menjemputmu didepan rumah, namun berbanding terbalik dengan pete-pete yang
ramah di kantong, pete-pete versi modern mengharuskan kita mengeluarkan biaya
yang cukup besar karena kenyamanannya. Saat itu aku berfikir bagaimana aku akan
berangkat kuliah jika berat di ongkos begitu, dan mau tidak mau siputihku hasil
jerih payah bekerja selama bertahun-tahun, harus aku boyong juga ke kota Makassar….
Berkendaraan di kota besar tentu sangat berbeda dengan di desa, harus ekstra
hati-hati dan harus ekstra sabar, yach begitulah… dengan tangan dan kaki
gemetaran serta keringat bercucuran, akhirnya akupun berhasil menembus
keramaian kota untuk trip pertamaku dengan tujuan kampus merah Gowa, setelahnya
lancar jaya, tapi ngomel dan sewot ketika kendaraan stuk di tempat gak bisa
maju dan mundurpun segan gegara macet hehehe.
Setelah
memulai kuliah timbul lagi masalah baru, aku yang sudah lama tidak sekolah
merasa bahwa pelajaran yang ku terima lumayan berat ditambah aku merasa kesulitan
mengikuti ritme teman-teman kuliah yang masih muda-muda, mulailah muncul rasa
tidak percaya diri, insecure, muncul pertanyaan bisakah aku, mampukah aku dll. Di
tahap ini sempat berfikir untuk mengundurkan diri saja, dan mengganti semua
biaya yang dikeluarkan ATS, namun dorongan teman-teman kantor yang sudah kuliah
duluan, dan doa dari kedua orang tua akhirnya fikiran negative itupun bisa
kuhilangkan. Dan memang terbukti dua-tiga bulan perkuliahan berjalan, akhirnya
semua berjalan normal, kalau kataku sich karena semangat dan rajinlah yang
membuat bahuku tetap tegak untuk melanjutkan perkuliahan ini hehehe.
Beberapa
penyesuaianpun aku lakukan, yang dahulunya dijamanku belum ada kuliah online
maka sekarang harus mempelajari dan familiar dengan segala kecanggihan
teknologi yang berbau IT, mulai dari Zoom, Class Room, Google meet, Gdrive, dan
aplikasi Sikola Unhas (aku kuliah s2 di Unhas) harus aku kuasai… karena semua
aplikasi tersebut menjadi andalan para dosen dikala tatap muka tidak bisa
dilakukan. Beberapa perlengkapan ITpun harus aku siapkan untuk mendukung
perkuliahanku, dari laptop berserta tetek bengeknya, sampai printer untuk
mencetak tugas-tugas dari dosen. Yang paling kuingat dari perjalanan kuliah
ini, ketika teman-teman mengajak untuk nongki-nongki sembari kerja tugas di
malam hari… aku pasti selalu menolak, bukan karena gak senang kumpul-kumpul,
tapi karena aku sudah tidak sanggup tidur tengah malam lagi dan gak sanggup
begadang lagi (ini sich memang ciri khas orang tua heheh :D). Sadar akan hal
itu maka semua tugas-tugas yang diberikan oleh dosen aku kerja di pagi sampai
sore hari… aku menganggap diriku, bahwa aku ke Makassar itu bukan untuk kuliah
tapi ke Makassar untuk bekerja… alhasil jam kuliahku/jam belajarku di mulai
pukul 7 pagi dan di sudahi pukul setengah 4 sore mengikuti waktu kerjaku di
sorowako dan berusaha disiplin mengikutinya, selebihnya jika ada yang mengajak
nongki atau kerja tugas namun di luar jam itu biasanya aku tolak karena bagiku
di jam 4 sore sampai malam hari adalah waktu istirahatku. Positifnya semua
tugas-tugasku gak ada yang telat, karena terselesaikan pada jam kerja.
Puncak
rasa frustasi, rasa capai, rasa lelah kulewati pada saat penyusunan tesisku,
mulai dari menulis, membuat kerangka rumusan masalah, pengambilan data,
pengolahan data, nyaris aku kerjakan sendirian. Pengalaman bekerja yang sudah
belasan tahun, sangat membantuku dalam penyusunan tesisku…, setiap step aku
tuliskan dalam bentuk time schedule yang harus diselesaikan, dan tidak boleh
lewat dari jadwal yang telah d rencanakan. Dan akhirnya di bulan 8 kemarin aku
menyelesaikan sekolahku tepat 2 tahun, sebuah cita-cita yang dahulu tidak
sengaja terucap pada saat wisuda s1, sebuah cita-cita yang terkabul di usia
kepala 4 dengan segala drama di dalamnya, dan sebuah cita-cita yang terkabul
cukup telat tapipun tidak terlambat, Alhamdulillah. Dan sekarang di sinilah aku
kembali bekerja mendidik anak-anak penerus bangsa.
Kehidupan pribadi yang kunarasikan, berharap bertahan lama dalam bentuk tulisanku... meski aku telah meninggalkan dunia ini nantinya.....